Ticker

6/recent/ticker-posts

Kebenaran Agama yang Hakiki

sumber gambar : https://vannessvalentino.files.wordpress.com/2016/11/

Berbicara mengenai Agama tidak akan ada habisnya. Bahkan, makin hari justru selalu muncul konflik hingga pertumpahan darah. Karena apa? Karena agama itu sendiri. Lantas agama itu apa? Bukankah keberadaan agama merupakan sumber kedamaian? Dimana makna atau konteks kesucian dari suatu agama? Apakah dengan pertumpahan darah sebuah agama akan dianggap suci? Macam Tuhan butuh tumbal saja kalau begitu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Berdasarkan definisi tersebut, sebenarnya agama merupakan suatu sistem aturan yang lengkap, dalam suatu agama dijelaskan secara rinci tentang bagaimana kita harus berkehidupan, termasuk didalamnya cara kita bergaul dengan sesama manusia. Adakah suatu agama tertentu yang mengajarkan tentang cara memusuhi manusia? Saya rasa Tuhan tidak sekeji itu. Menurut saya pribadi semua agama itu mengajarkan kebaikan, termasuk di dalamnya saling mengasihi dan menyayangi sesama ciptaan Tuhan. Tuhan paham betul terhadap ciptaanNya. Tidak perlu lah berpura-pura menyayangi Tuhan. 

Jatuh cinta pada Tuhan tentu berbeda halnya ketika seseorang jatuh cinta pada pasangan. Seseorang dapat berbicara manis pada pasangan terkasihnya bagaikan peribahasa lain di mulut lain di hati, tapi Tuhan akan menertawakanmu saat kau lakukan itu padaNya. Cintai Tuhan semampu kita, rasakan kehadirannya di setiap nafas kita. Tuhan yang mengatur jiwa kita. Tidak perlu berdebat siapa yang paling mencintai Tuhan, tidak perlu berdebat bagaimana cara terbaik menuju Tuhan.

Cara terbaik menuju Tuhan? Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, Konghucu dan Budha, apakah enam hal itu adalah cara terbaik menuju Tuhan? Enam hal itu soal penamaan saja. Keenamnya sama-sama baik, lantas apakah boleh memeluk kelima agama itu? It's doesn't matter asalkan mampu. Namun alangkah lebih baik memilih salah satu saja, mana yang dirasa lebih nyaman di hati. Itu soal keimanan saja. Jikalau memilih Kristen, jadilah Kristen yang baik, begitu sebaliknya. “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. ~ 1 Korintus 13:1-3.

Dalam Piagam Madinah ayat 25 tertulis Kaum Yahudi dari Bani 'Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri,kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Samo ham sarvo bhutesu na me devasyo stina pryah, Ye bhajanti tu man bhaktya mayite tesu ca pyaham ( Aku adalah sama bagi semua mahluk, bagi-Ku tidak ada yang terbenci dan terkasihi, namun bagi yang berbhakti dengan penuh dedikasi, mereka ada pada-Ku dan Aku ada pada mereka)”~ Bhagawad Gita IX.29. Sementara Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu kepercayaan. Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya.


            Sekali lagi bahwa Tuhan itu tidak hanya sebatas penamaan Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Buddha saja. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan. Lantas bagaimana tentang fenomena Agama pada KTP? Semoga Pemerintah lekas diberi petunjuk oleh Tuhannya.


Oleh : Latifa Putri

Posting Komentar

0 Komentar