Ticker

6/recent/ticker-posts

Ada Cinta Kasih di Ahmadiyah

Tema pertemuan Jalsah Salanah ke 10, Kalimantan Barat

Pada tahun 2011 lalu, terjadi penyerangan yang luar biasa terhadap Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten. Dalam insiden tersebut setidaknya enam orang meninggal dunia. (tempo.co-kronologi-penyerangan-jemahaah-ahmadiyah-cikeusik).
Saya sendiri tidak tahu menau apa itu Ahmadiyah karena bagi saya Islam itu hanya ada satu. Mereka yang mengatasnamakan diri muslim, ya itulah Islam. Namun, ternyata Islam itu ada beberapa bagian lagi, seperti halnya Kristen Protestan memiliki beberapa aliran Gereja dan bagi Katolik ada Katolik Roma dan Katolik Ortodoks.
Namun, Ahmadiyah sendiri dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan mereka dianggap membentuk agama baru. Tidak jarang, Jemaah Ahmadiyah dijadikan sasaran perlakuan diskriminasi atas dasar agama.
Ahmadiyah merupakan salah satu “Jamaah Muslim” yang didirkan oleh Mirza Guhulam Ahmad. Dia mengaku sebagai Mujaddid, Al Masih, dan Al Mahdi.
Saya sendiri dari kecil hingga SMA tidak tau akan silsilah ini hingga pada akhirnya duduk dibangku kuliah sehingga menemukan jalan tergabung dengan kelompok yang peduli akan keberagaman.
Berangkat dari sini saya mulai sedikit melihat Ahmadiyah dan sekelumit permasalahannya. Ternyata Ahmadiyah sudah sering mendapat perlakuan tidak adil bahkan sering menjadi korban baik fisik maupun psikis. Meski begitu, tidak pernah ada balasan dari para Ahmadi, sapaan bagi pengikut Ahmadiyah. Bagi mereka, tidak harus nyawa di balas dengan nyawa tetapi balaslah dengan kebaikan.

Pesan dari Pendiri Ahmadiyah


Pada bulan Juli 2017 lalu, saya pun seperti mendapat berkat karena diundang untuk mengikuti kegiatan Jalsah Salanah untuk Ahmadi di wilayah Kalimantan Barat. Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari tapi saya dan beberapa teman hanya mengikuti kegiatan pembukaannya.
Kami yang datang pun dari beragam latar belakang, ada Muslim, Protestan, Budha dan saya sendiri seorang Katolik ikut nimbrung dalam kegiatan ini. Sambutan terbaik datang kepada kami dan terlihat memang mereka memiliki binar-binar kasih yang siap ditebarkan bagi sesama.
Saya pun mengerti mengapa Ahmadi itu tidak membalas perbuatan tidak adil yang menimpa mereka. Hal ini tidak lain karena di Ahmadiyah itu memiliki satu komando yaitu pimpinan tertinggi yang mereka sebut Khalifah sehingga apapun yang dikatakan oleh Khalifah mereka akan mengikutinya.
Syiar Islam menurut Ahmadiyah merujuk pada perdamaian, toleransi dan saling menghargai satu sama lain, apapun agama maupun suku, semua dianggap sama dan saudara.
Aku jadi sedikit berfikir, Ahamdiyah hampir memiliki karakter sama dengan umat Katolik karena di Katolik ada satu pimpinan utama yakni Paus dan susunan kepemimpinan di Katolik secara hierarki. Namun, Paus bukanlah nabi, beliau hanya imam yang terpilih untuk memimpin umat Katolik di seluruh dunia.
Lagi, di Ahmadiyah mengutamakan cinta kasih dan persaudaraan, hal ini juga aku temui di Katolik. Ajaran yang saya terima adalah “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasishi dirimu sendiri ( Matius 22 : 29 ).
Kemudian, perihal tidak membalas dendam, aku juga menemukan di Katolik ”Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu ( Matius 5 : 39 )”
Sepanjang aku mengenal para Ahmadi karena kebetulan aku pernah hidup bertetangga dengan mereka selama 1 tahun 6 bulan, tidak sedikitpun rasa benci yang datang dari mereka melainkan mereka menaburkan kasih kepada orang-orang di sekitarnya.

Oleh-oleh buku dari tokoh Ahmadiyah

Lalu, mengapakah mereka dimusuhi dan dianggap sesat. Adakah satu kejahatan yang mereka buat ?
Perihal mereka menyimpang atau salah, bukankah itu hak bagi Tuhan untuk menentukan. Siapakah kita ini yang hanya manusia biasa lalu berhak mengakimi dan memutuskan orang berdosa dan sesat ? Bukankah juga kita manusia fana yang penuh dosa ?
Maka, mari kita terima semua orang yang ada di dunia ini, apapun agama dan kepercayaannya, selagi mereka tidak menganggu maka janganlah merasa terusik. Pada dasarnya, semua agama mengajarkan saling mengasihi satu sama lain.
Tuhan pun mengajarkan kita untuk saling mengasihi bukan memusuhi.

Posting Komentar

1 Komentar