Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengenal Yahudi, Merobohkan Stigma Yang Keliru


Pada tahun 2015 lalu, saya memiliki kesempatan berkunjung ke Sinagog, rumah ibadah Agama Yahudi. Sinagog di Manado ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia.
Sebelumnya, umat Yahudi memiliki satu tempat ibadah yang ada sejak zaman Belanda. Namun, tempat ibadah yang masuk daftar "Bangunan Cagar Budaya" berdasar Surat Keputusan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya No. 646/1654/436.6.14/2009, tertanggal 16 April 2009 ini, telah dihancurkan oleh sekelompok massa tak bertanggung jawab.

Padahal, dalam waktu bersamaan, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima "World Statesman Award" dari sebuah lembaga Yahudi berbasis di New York, Appeal of Conscience Foundation, karena dinilai telah berjasa dalam mempromosikan toleransi beragama dan kebebasan beribadah di Indonesia. (http://news.liputan6.com/read/3039056/menyoal-gerakan-anti-yahudi-di-indonesia)


Penghargaan ini menjadi sia-sia serta kenyataan pahit bagi penganut Agama Yahudi yang kian semakin menutup diri karena tidak diakui sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Mereka harus secara sembunyi-sembuyi untuk beribadah karena merasa tidak aman jika di ketahui keberadaannya.
Pengikut Yahudi di Indonesia memang tidak jarang menjadi sasaran tindakan diskriminasi bagi oknum garis keras dan memiliki sifat intoleran. Apalagi, Yahudi identik dengan Israel yang tidak kunjung memiliki konflik bersama Palestina.

Sementara itu, Palestina digadang-gadang sebagai "representasi Islam" sehingga apapun yang terjadi di sana akan mendapat respon dari beberapa umat Islam di Indonesia. Sayangnya, orang-orang Yahudi yang tidak tahu menau soal ini menjadi sasaran merespon kejadian di Palestina.
Ironinya, banyak orang membenci Yahudi terutama oknum suatu agama garis keras. Padahal mereka sendiri belum pernah bertemu dengan orang Yahudi tapi bisa-bisanya langsung membenci. Ketidaksukaan ini hadir lantaran melihat Yahudi sebagai musuh Islam serta Yahudi adalah kaum yang dilaknat Allah.


Tapi, pada kenyataannya orang Yahudi tidak sejahat yang kita kira. Saya sempat berbincang-bicang dengan mereka merasakan betul bahwa tidak ada kebencian dari mereka. Stigma kita selama ini yang menganggap bahwa Yahudi itu dipenuhi kebencian ternyata tidak benar.

Sebelum jauh-jauh menilai Yahudi, ada baiknya kita mengenal mereka lebih dekat. Kata Yahudi diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Pada akhirnya keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi, dan begitupula dengan keseluruh penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.

Istilah yahudi diambil dari keturunan Yakub, Yakub memiliki empat istri yaitu Lea, Rahel, Zilpa, dan Bilha. Dari Lea, Yakub memiliki anak Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, dan Zebulon. dari Rahel, Yakub mempunyai anak Yusuf, dan Benyamin. dari Zilpa, Yakub mempunyai anak Gad, dan Asyer sedangkan dari Bilha, Yakub mempunyai anak Naftali, dan Dan. nah, dari salah satu anak Yakub dari istri Lea itulah yang bernama Yehuda, istilah Yahudi dinisbahkan.

Keluarga merupakan hal yang utama dalam agama ini, dan penganutnya yang setia akan bersembahyang setiap hari. Hari Sabtu merupakan hari utama yang biasa disebut hari Sabat. Antara Jumat sore sampai Sabtu sore mereka akan menyalakan lilin, dan meminum anggur serta roti yang telah diberkati. Di samping Sabat, hari besar yang lain termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru) dan Yom Kippur (Hari Penerimaan Tobat).


Sebenarnya agama Yahudi tidak jauh berbeda dengan agama Kristen karena kitab yang mereka pakai adalah hukum Taurat Musa yang merupakan Perjanjian Lama di Alkitab. Sementara di Kristen mengenal adanya Perjanjian Baru yang merupakan kisah atau pesan-pesan yang disampaikan setelah Yesus Kristus meninggal.

Namun, pada dasarnya, agama Yahudi pun mengajarkan cinta kasih dan mempercayai Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk cinta kasih sungguh nyata ketika saya dan rombongan datang berkunjung ke Sinagog dua tahun yang lalu. Kami disambut dengan hangat oleh penganut agama Yahudi serta berdialog dan berbagi cerita.

Menariknya lagi, meski mereka mendapat penolakan karena memiliki label Yahudi tetapi tidak ada niat sedikitpun untuk membalas mereka tetapi sebaliknya, mereka selalu berusaha untuk memberi kebaikan bagi semua orang.

Maka, mari kita membuang stigma bahwa agama tertentu itu jahat dan tidak layak untuk diberi ruang dalam bermasyarakat karena sejatinya, semua manusia yang diciptakan Tuhan adalah saudara dan harus diperlakukan sebagaimana kita ingin diperlakukan orang lain.

Salam satu Indonesia !
Karena kita adalah satu dalam perbedaan !

Oleh : Isa Oktaviani

Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

Posting Komentar

0 Komentar