Ticker

6/recent/ticker-posts

MENGENAL SADAP INDONESIA


Ini pertama kali aku punya teman yang beda agama. Biasanya selalu yang sama karena memang aku hidup di lingkungan yang homogen. Meski katanya Indonesia ini sangat heterogen tapi aku baru menjumpainya ketika sudah bertahun-tahun duduk di bangku kuliah
Neti Kurnia Sari -

Pernyataan tersebut dikatakan oleh salahsatu alumni Temu Pemuda Lintas Iman Kalimantan Barat (Tepelima Kalbar), sebuah wadah perjumpaan anak muda di Kalimantan Barat yang diharapkan konsisten merawat toleransi di bumi pertiwi.

08cf2963-0005-4e08-a735-0f34efbdcc9f


Aku ingin bercerita sedikit tentang tempat tinggalku ini. Kalbar adalah salahsatu daerah yang rawan konflik, sekurangnya dalam enam dekade tercatat lebih 11 kali konflik dengan korban nyawa, termasuk yang terjadi di Bengkayang (1987), Sanggau-Ledo (1996-1997), dan Sambas (1999). Dampak konflik 1999 hingga kini masih terasa, termasuk di  Pontianak pada tahun 2017 dimana sempat terjadi ketegangan yang luar biasa hingga dalam beberapa waktu tentara dan polisi diterjunkan untuk mengamankan di beberapa titik.

Hingga kini, dari beberapa hasil penelitian, banyak orang mengatakan bahwa Kalbar bak api dalam sekam, dipantik sedikit siap meledak. Seperti yang terjadi pada teman-teman Gafatar di Mempawah (2015) kemudian karena terpapar isu hoaks, beberapa kelompok etnis dengan jumlah lebih sedikit harus mengungsi karena takut dipersekusi (2018). Memang, secara kasat mata kita melihat semua seperti baik-baik saja, ada aktivitas lintas agama atau suku di pasar. Ini hanya sekedar kebutuhan ekonomi saja. 

Setelah menelusuri dan mencoba cari informasi, ternyata banyak dari individu atau kelompok merasa "Selama tidak menganggu, kita diam-diam aja"
Setiap orang akhirnya bersepakat untuk menjalani hari begitu saja dan tidak ada langkah kongkrit untuk menjalin keakraban lintas etnis sebagai cara rekonsiliasi konflik.

Menjawab semua pertanyaanku selama ini, apakah cara yang dilakukan terutama paguyuban suku untuk menjalin harmoni sosial agar tidak terulang kembali kasus lama. Karena tidak bisa dipungkiri, prasangka dan streotype terhadap kelompok tertentu masih ada hingga kini. Aku coba menjumpai beberapa petinggi suku dan bertanya hal yang sama: Apa yang sudah dilakukan untuk langkah harmoni sosial baik lintas suku maupun agama. Jawaban semua suku sama: Selama ini tidak ada, paling hanya di level elite saja sementara di tingkat bawah belum. Kami akan terus mengupayakan itu ada. (saya wawancara dengan pengurus dari Suku Dayak, Madura, dan Melayu).

Ini tentu saja menjadi keresahan bersama karena sebagai anak muda yang diharapkan menjadi penerus bagi Kalimantan Barat, kami tidak ingin ketengangan-ketegangan berbasis suku maupun agama terulang kembali.

Usaha Anak Muda Merekonsiliasi Konflik di Kalbar


Berangkat dari keresahan itu, saya dan teman-teman muda lainnya mulai memikirkan, ya kita harus ada ruang untuk saling kenal agar prasangka yang hadir dalam diri kita terhadap kelompok lain segera memudar, meski tidak hilang seketika tapi setidaknya ada pandangan lain yang bisa merubah prasangka atau bahkan stigma itu.

Saya coba mencari wadah itu. Setelah coba mendalami dan tanya sana sini ternyata memang tidak ada. Maka, dengan niat dan cukup nekat saya coba bikin Satu dalam Perbedaan Indonesia 
(SADAP INDONESIA), sebuah ruang khusus anak muda di Kalbar untuk merawat keberagaman.

Hadir sejak 2017 lalu, ruang ini mulai melakukan beberapa langkah kongkrit seperti sharing lebih intim soal pandangan satu sama lain terutama mereka yang beda agama maupun suku. Hal ini diharapkan mampu merobek stigma yang sudah melekat sejak kecil. Melalui diskusi bersama, dapat disimpulkan stigma itu hadir karena tidak saling kenal satu sama lain, karena kita lebih senang hidup mengelompok baik di perumahan hingga di sekolah.

Kami juga coba datang ke tempat-tempat ibadah agar lebih dekat satu sama lain dan memahami sedikit dari ajaran agama tersebut sehingga tidak ada lagi prasangka dari agama tertentu. Hal seperti ini ternyata baru pertama dilakukan di Kalbar sehingga banyak yang antusias ikut sehingga banyak pertanyaan muncul ketika berada di rumah-rumah ibadah itu karena rasa ingin tahu dari teman-teman.

Terkadang, kami juga membuat kegiatan bareng untuk nonton film dan diskusi dengan tema umum anak muda dan keberagaman. Di ruang ini juga pemikiran anak muda tersalurkan, rasa ingin tahu sedikit demi sedikit terjawab dan ada kesadaran diri untuk terus menjalin persaudaraan lintas latarbelakang. 


5765f52a-bb7d-4256-9c26-d376f12afdcd
Temu Pemuda Lintas Iman Kalbar 2018


Sedangkan untuk ruang lebih besar lagi, kami juga mengadakan Temu Pemuda Lintas Iman Kalbar (Tepelima Kalbar) yang baru pertama dilaksanakan tahun 2018 lalu dan tahun ini akan diadakan kembali atau Tepelima Kalbar Angkatan 2. Kegiatan ini tentu saja untuk merobohkan prasangka satu sama lain sehingga anak muda Kalbar bisa menjadi calon penerus yang dapat menghargai satu sama lain, bisa menerima meski berbeda latar belakang dan tentu saja bisa saling menebar cinta untuk kebaikan bersama.

Disini saya banyak mendapat pengalaman-pengalaman baru mulai dari teman-teman baru dan keluarga baru dan perspektif. Di Tepelima ini juga saya mulai memahami keberagaman, kebersamaan, sehingga harus menghormati orang lain.
- Matius Andi -

Tantangan Gerakan Anak Muda

Langkah ini memang hadir dari inisiatif anak muda, untuk anak muda demi perubahan yang lebih baik di daerahnya. Maka, tantangan terbesar adalah dukungan baik moril maupun materi. Tak bisa dipungkiri, hingga saat ini memang belum ada dukungan nyata terkhusus dari pemerintah sedangkan dari paguyuban etnis, ada beberapa yang apresiasi dengan gerakan anak muda ini.

Lalu, bagaimana kami masih bertahan hingga 2 tahun ini?
SADAP INDONESIA sebagai inisitaor gerakan memang hingga sekarang tidak ada donatur. Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan dari dana kolektif-an misalnya dengan jualan kaos kemudian dana sukarela dari teman-teman dan donasi ketika mengikuti kegiatan yang ada uang transportnya. Tak jarang, teman-teman ikut beberapa kegiatan sehingga setiap ikut "diwajibkan" untuk mendonasikan 50 persen dari honorium tersebut untuk pendanaan kegiatan.

Apakah kami pernah meminta bantuan ke pemerintah? 
Tentu saja, tapi untuk kegiatan besar kami, seperti Tepelima yang butuh dana belasan hingga puluhan juta. Tetapi, hasilnya selalu ditolak. Tahun kedua tetap dengan kondisi yang sama. Proposal kami ditolak kembali meski sudah mencantumkan kegiatan tahun lalu dengan detail hasil follow up kegiatan tersebut.

Apakah kemudian kami menyerah?
Tidak, kami bukan tidak butuh bantuan dana dari mereka tetapi kami tidak ingin terlalu berharap lagi. Kami hanya terus berupaya agar bisa dibantu tetapi jika terus ditolak ya tidak apa-apa. Yang jelas, kami anak-anak muda di sini bersepakat untuk terus membuat forum ini ada karena kami tidak ingin luka lama itu terulang di masa kami mendatang.

IMG_3647
Diskusi, Indonesia kini: Anak muda bisa apa?
28 Oktober 2019

SADAP INDONESIA karena RTL?

Banyak yang bertanya, darimana SADAP INDONESIA lahir? Saya akan menjawab. Awalnya ini adalah dari Rencana Tindak Lanjut (RTL) Youth Camp Yifos Indonesia tahun 2017 lalu. Tetapi, hanya saya sendiri dari Kalimantan Barat, sedangkan teman-teman lain dari berbagai daerah di Indonesia. RTL ini hanya 3 bulan dan saya merasa ruang ini perlu untuk anak muda di Kalbar sehingga pasca RTL, mulai Januari 2018 saya coba "punggut" satu-satu teman yang mau gerak bareng. Ikut bagian SADAP INDONESIA  tidak langsung masuk saja tapi ada sesi sharing nya. Jika kita punya keresahan sama dan mau melakukan gerak baik, maka bergabunglah.

Lalu, youth camp itu apaan sih? Kamu bisa kepoin dulu Yifos Indonesia  atau buka instagram khusus informasi camp di sini Young Queer Faith and Sexuality Camp


Meski ada tantangan yang kami hadapi, kami tidak akan menyerah begitu saja. Saat ini, kami menyatukan semangat, mencari dana semampu kami sembari mencari orang-orang baik yang bisa membantu. Segala upaya, doa dan niat telat dibaurkan untuk kebaikan bersama di masa mendatang.

Apakah kamu juga ingin berbagi semangat dengan kami?
Mari saling rangkul dan kita bersama-sama melakukan gerak baik untuk negeri ini meski suara kita hampir tak pernah didengar dan gerakan kita tak pernah dilihat.

Oleh : Isa Oktaviani

Posting Komentar

0 Komentar