“Banyak yang menolak,
mendeskriminasi sampai merusak rumah ibadah. Tapi, kami tetap menyayangi
mereka,”
- Rustandi
Rintik hujan membasahi
Kota Pontianak, Sabtu, (3/10/2020) sore. Komunitas Satu Dalam Perbedaan (Sadap
Indonesia) bersama Pemuda Lintas Iman (Tepelima) berkunjung dan disambut hangat
oleh Rustandi , Mubaligh Ahmadiah yang ada di Kota Pontianak.
Sebagai komunitas yang
bergerak pada isu toleransi, keberagaman dan juga kemanusiaan. Sadap rutin
berkunjung ke semua rumah ibadah dan juga aliran kepercayaan yang ada di
Kalimantan Barat utamanya Kota Pontianak guna bertukar fikiran dan berdiskusi,
saling mengenal satu sama lain agar timbul rasa saling menghargai satu sama
lain sebagai makluk ciptaan Tuhan.
Disuguhi jajanan amplang
dan kuping gajah berwarna warni diiringi semakin banyaknya peserta yang hadir,
obrolan santai dilanjutkan ke dalam masjid. Disana, Rustandi menjelaskan apa
itu Ahmadiah.
Melalui diskusi santai
yang sangat interaktif ini, membuka pengetahuan bagi peserta tentang gambaran
umum Ahmadiah, seperti misalnya yang sama-sama menganut Islam dan menjalankan
ajarannya, mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi, menganggap Pancasila sebagai dasar
negara dan sama seperti yang lain, menjunjung tinggi dan bangga akan NKRI.
Stigma buruk tentang
Ahmadiah telah lama terdengar dan terjadi. Hal ini kemudian membawa narasi
kebencian yang menyebabkan terjadinya deskriminasi dibanyak wilayah seperti halnya
yang terjadi di Lombok, Sukabumi hingga Sampang. Tidak terkecuali juga di
Pontianak.
Masih jelas dalam ingatan
Rustandi, tahun 2011 lalu Jamaah Ahmadiah Pontianak pernah diminta pergi oleh
salah satu organisasi masyarakat. Aparat keamanan juga sampai meminta plang organisasi
diturunkan untuk mencegah terjadinya benturan. Untung, Tindakan represif tidak
terjadi pada mereka.
Seiring dengan banyaknya
stigma sosial ini, Rustandi mengaku tetap bersabar dan tetap menganggap mereka (ormas/masyarakat) seluruhnya sebagai
saudara. Menurutnya,mereka hanya belum mengenal sehingga kemudian berprasangka.
Ia juga mengaku sangat terbuka akan diskusi dan menerima siapa saja untuk
berkunjung.
Lebih jauh, ia
mengapresiasi kunjungan anak-anak muda
yang dilakukan oleh Sadap dan Tepelima sebagai ruang jumpa untuk saling
mengenal dan saling menghargai sebagai makhluk sosial ciptaan Tuhan.
0 Komentar