Sadar akan pentingnya menjaga toleransi utamanya bagi para pemuda, Komunitas Satu Dalam Perbedaan (SADAP) Indonesia bersama Yayasan Suar Asa Khatulistiwa dan Jaringan Pontianak Bhineka menyelenggarakan dialog dengan tema Stigma, Agama dan Pemuda. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring via zoom meeting di Pontianak. Sabtu, (20/2) siang.
Adapun peserta dari dialog ini
ialah siswa Sekolah Menengah Atas dan Mahasiswa dari berbagai daerah di
Indonesia yang mewakili organisasinya. Sedangkan pemateri ialah Yeni Mada,
Peneliti Balai Bahasa Kalimantan Barat dan Trio Kurniawan, Dosen STKIP Pamane
Talino.
Tak hanya dialog, kegiatan ini
juga diselingi dengan games hingga pembagian dan diskusi dalam kelompok kecil
yang dipandu oleh peer sebaya dengan menganalisis studi kasus berdasarkan hasil
survey tentang pola memilih pemimpin bagi masyarakat utamanya generasi muda.
Rio Pratama, Project Officer
kegiatan menyatakan bahwa tujuan dari diselenggarakannya dialog ini ialah guna
membuka stigma pemuda tentang moderasi dan toleransi beragama dan berkeyakinan.
“Kita tahu, saat ini agama
tidak hanya sebagai pemersatu namun juga dapat dijadikan sebagai pemecah. Oleh
karena itu, tentu ini sangat resisten. Terlebih dampaknya tidak hanya dirasakan
orang-orang tua saja namun juga anak-anak muda. Kita ingin membuka pemikiran
teman-teman muda agar stigma serupa tidak muncul dalam benaknya dan bersama
tumbuh menjadi generasi yang toleran,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, dialog
dan berkolaborasi merupakan cara Sadap sebagai komunitas anak muda yang
bergerak dibidang keberagaman iman dan suku di Kalimantan Barat untuk
mengkampanyekan toleransi. Oleh sebab itu, kegiatan serupa akan lebih sering dilakukan
kedepannya.
“Sadap selalu berupaya
melakukan kolaborasi dan belajar bersama dalam rangka terus mengkampanyekan
isu-isu tentang keberagaman. Dialog semacam ini adalah salah satu caranya
sehingga akan lebih rutin dilaksanakan. Tentu kita berharap kedepan, tidak ada
lagi stigma buruk dan atau diskriminasi terjadi karena kesadaran kita semua
akan pentingnya menjaga keberagaman sudah benar-benar tertanam dalam diri
masing-masing,” tambahnya.
Rocyntia da Sella, salah satu
peserta dalam kegiatan dialog ini mengaku mendapatkan pelajaran baru terutama
dalam mengelola stigma dalam kehidupan beragama dan berkeyakinan.
“Kegiatannya seru dan
interaktif, ada games dan juga semua bebas berpendapat tanpa dibatasi sesuai
perspektif masing-masing. Dapat banyak ilmu baru dalam mengelola prasangka,”
tuturnya.
0 Komentar