Ticker

6/recent/ticker-posts

Gusdurian Pontianak dan Implementasi Nilai Kemanusiaan


Pontianak - Lulu Musyarofah merupakan penggerak dari Jaringan Gusdurian yang ada di Pontianak, aktifitasnya kini bekerja pada yayasan yang bergerak pada isu pendidikan dan khususnya tentang keberagaman dan advokasi publik. Sebagai penggeraka Gusdurian, nama Lulu telah banyak dikenal masyarakat, termasuk tentang pemikirannya tentang kebangsaan dan toleransi seperti yang ia amini dari sang idola yaitu Gusdur, kiyai sekaligus presiden ke-empat RI.

Dalam program saring dari rumah yang disiarkan secara langsung melalui akun instagram Sadap Indonesia, Lulu memaparkan tentang Gerakan Jaringan Gusdurian Nasional dan Pontianak khususnya dalam rangka implementasi sembilan nilai pemikiran Gusdur itu sendiri.

Diawal pemaparannya, Lulu menyatakan bahwa Jaringan Gusdurian merupakan arena sinergai para Gusdurian dalam kultural dan non politik. Ungkapnya, Gusdurian adalah organisasi yang tidak berafiliasi kepada partai politik, berbentuk komunitas sosial yang bergerak pada fokus isu pendidikan dan kemanusiaan. Dalam Jaringan Gusdurian, dapat tergabung dalam individu atau komunitas lokal dari berbagai etnis, suku dan agama yang terinspirasi dari pemikiran Gusdur.

Awalnya, Gusdurian ini dianggotai oleh para murid-murid Gusdur. Namun menurut Lulu tanpa harus ia mengikuti pengkaderan asalpun ia menyetujui pemikiran Gusdur maka ia sudah dapat pula dikatakan Gusdurian. Gusdurian tidak terikat dan tidak struktural.

Untuk menjadi bagian dari Gusdurian dapat terdiri dari siapa saja. Namun kabar diluaran banyak yang menyatakan bahwa ketika berbicara tentang Gusdurian hanyalah mereka yang berafilisiasi pada Islam khususnya Nahdatul Ulama. Mendengar pernyataan tersebut. Lulu Lantas meluruskannya.

“Di Gusdurian itu banyak orang-orang diluar NU, kita semua tergabung disitu. Apalagi sebagai contoh misal di Pontianak banyak yang melabeli Gusdurian itu Islam, NU, dan Madura karena etnis Madura ini sangat menyukai tokoh kiyai dan juga agamanya NU. Yang harus diluruskan bahwa Gusdurian ini bukanlah satu golongan dan kelompok tapi sifatnya terbuka sesuai dengan nilai-nilai pluralisme seperti yang disematkan pada Gusdur itu sendiri,” ungkapnya.

Gusdurian dimanapun berada pasti mengamalkan sembilan nilai pemikiran Gusdur, berikut Lulu menjelaskan sembilan nilai tersebut yang dikolaborasikan melalui penjelasan yang dilansir dari Gusdurian.net

Ketauhidan
Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satu-satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. Ketauhidan didapatkan lebih dari sekadar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan. Ketauhidan menghujamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber dan rahmat kehidupan di jagad raya. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kemanusiaan
Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat.

Keadilan​​​​​​​
Keadilan bersumber dari pandangan bahwa martabat kemanusiaan hanya bisa dipenuhi dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat. Keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan dan karenanya harus diperjuangkan. Perlindungan dan pembelaan pada kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil, merupakan tanggungjawab moral kemanusiaan. Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggungjawab itu, ia berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

Kesetaraan​​​​​​​
Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat. Nilai kesetaraan ini, sepanjang kehidupan Gus Dur, tampak jelas ketika melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal.

Pembebasan​​​​​​​
Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik. Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain.

Kesederhanaan​​​​​​​
Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Kesederhanaan menjadi konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan.

Persaudaraan
​​​​​​​Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.

Keksatriaan​​​​​​​
Keksatriaan bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih. Proses perjuangan dilakukan dengan mencerminkan integritas pribadi: penuh rasa tanggung jawab atas proses yang harus dijalani dan konsekuensi yang dihadapi, komitmen yang tinggi serta istiqomah. Keksatriaan yang dimiliki Gus Dur mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani proses, seberat apapun, serta dalam menyikapi hasil yang dicapainya.

Kearifan Tradisi​​​​​​​

Kearifan tradisi bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan tradisi Indonesia di antaranya berwujud pada dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, serta seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan tradisi dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.

Sebagai gerakan yang tersebar dibanyak daerah di Indonesia, Gusdurian juga terdapat di Kota Pontianak. Menurut Lulu, Gusdurian Pontianak sama saja dengan Gusdurian yang ada dimana saja, yang membedakan hanyalah Gusdurian Pontianak sangatlah santai dan luwes dalam perkumpulan dan penyelenggaraan kegiatannya.

Secara anggota, Gusdurian Pontianak memang tidak terlalu banyak. Namun mereka ialah yang konsisten dalam isu-isu kemanusiaan

“Di Pontianak anggota kita memang tidak terlalu banyak, tapi mereka adalah yang konsisten pada isu kemanusiaan, kebinekaan, perdamaian dan anti korupsi. Biasanya kita selenggarakan kegiatan kecil-kecilan dan melakukan kolaborasi dengan teman-teman yang gerakannya sama dengan yang kita perjuangkan,” terangnya.

Seiring dengan masih adanya pandemi covid-19 saat ini turut berpengaruh pada penyelenggaraan kegiatan bagi Gusdurian Pontianak. Walaupun demikian, diskusi, sharing dan upaya menjalin hubungan baik bagi sesama Gusdurian tetap dilaksanakan melalui media daring. Selain itu, diawal pandemi lalu, Gusdurian Pontianak juga menyalurkan bantuan ke daerah serta mendirikan posko dan membagikan jamu kepada masyarakat.

Kegiatan yang biasa dilakukan oleh Gusdurian Pontianak biasanya rutin dilaksanakan bersamaan dengan haul Gusdur. Mereka biasanya menyelenggarakan doa lintas iman dan mengundang dari berbagai suku dan etnis dan agama dengan tajuk doa lintas iman.

Tertarik pada nilai dan pemikiran Gusdur terutama bagi anggota yang bergerak dalam lintas sektor kemudian membuat mereka mengimplementasikannya dalam sektornya masing-masing. Penerapannya dilakukan pada organisasi masing-masing atau dalam kehidupan sehari-hari. Mereka kerap mengupdate tersebut dalam diskusi atau pertemuan bersama.

Kerap melakukan kolaborasi bersama dengan komunitas dan organisasi lokal di Pontianak dan Kalbar, Lulu menyatakan semua kegiatan berkesan dan memberikan dampak serta pemikiran baik bagi sesama.

“Bentuk kerjasama yang baik, kegiatannya seru, nilai-nilai yang kita perjuangkan juga ada. Jadi kita tidak perlu harus melakukan kroscek ulang karena memang sudah sejalan.  Orang-orang yang kita ajak kolaborasi nilai-nilai yang kita perjuangkan itu sudah sangat Gusdurian banget,” jelas Lulu.

Terakhir, bagi Lulu mengimplementasikan sembilan nilai pemikiran Gisdur harus dan wajib untuk dilaksanakan. Hal ini karena jika berbicara tentang nilai kemanusiaan juga telah diatur oleh UU. Sebagai manusia yang waras, menjunjung tinggi nilai-nilai secara adil harus dijunjung tinggi.

Penulis: Rio Pratama

 

 

Posting Komentar

0 Komentar