Pontianak
I Pendidikan
menjadi hal penting bagi semua orang. Oleh karenanya, implementasinya harus
sejalan dengan kebutuhan masing-masing individu.
Bagi ABK 'autis', pola pendidikan dapat
dilakukan dengan terapi dan pendekatan personal. Seperti yang dilakukan Lola
Prianti yang merupakan terapis aktis sekaligus kepala bidang program di Rumah
Autis Sayang Pontianak dalam penanganan kepada ABK 'autis'.
Lola baru
saja menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat, dalam kehidupan sosial dan
berorganisasi ia juga dikenal rajin dan cekatan. Ia bergabung menjadi terapis
di Rumah Autis Sayang Pontianak sejak tahun 2019, lebih tepatnya setelah dua
minggu rumah autis tersebut dibuka dan membuka volunteer untuk bergabung
didalamnya.
Ia
menuturkan bahwa linieritas pendidikan yang diampunya sangat membantu dalam
rangka proses menjadi terapis bagi anak-anak autis.
“Sangat
membantu, walaupun dasarnya tidak ada basic dengan anak-anak namun ilmu menjadi
perawat bisa menjadi sarana masuk menjadi terapis bagi anak-anak autis,”
ujarnya.
Dari
banyaknya aspek kesehatan yang bisa dipilih hingga memutuskan menjadi volunteer
bagi anak-anak autis. Lola menuturkan tidak ada alasan khusus. Semua adalah
murni karena ketertarikan dan juga niat untuk bermanfaat bagi sesama.
Kini,
Lola memberikan terapi bagi lima anak autis di Rumah Autis Sayang Pontianak.
Tidak hanya autis, ia juga melakukan terapi kepada anak-anak dengan down
syndrome dan anak dengan kebutuhan khusus lainnya yang datang dan melakukan
terapi disana.
Selain
kepada anak-anaknya, pelayanan dan edukasi juga turut diberikan kepada orang
tua. Hal ini penting dilakukan guna memberikan pemahaman kepada orang tua para
ABK agar dapat memberikan pelayanan yang baik pula bagi anak-anaknya di rumah.
“Sesi
terapis kan tidak lama, jadi selain anak-anaknya juga orang tua kita edukasi.
Hal ini penting karena yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di
rumah itu orang tuanya,” ujar Lola.
Dalam
proses terapis, Lola turut melakukan layanan hingga asesmen bagi anak-anak yang
ditangani. Tidak hanya sensorik dan motorik, namun juga berbagai pengembangan
keahlian yang sesuai dengan anak masing-masing pula. Cara yang dilakukan juga
beragam mengingat setiap anak memiliki kebutuhannya masing-masing pula.
Ditanya
perihal suka duka menjadi terapis bagi anak-anak autis. Lola menuturkan bahagia
dan terharu ketika melihat perkembangan yang terjadi pada anak-anak yang
diterapi olehnya. Walaupun demikian, ia masih perlu banyak belajar guna
menangani anak yang tantrum yang bahkan dapat membahayakan diri anak tersebut.
Kini,
belum banyak layanan terapis bagi anak autis di Pontianak. Oleh karenanya, Lola
berharap agar peran serta dari pemerintah dan masyarakat dapat lebih maksimal
kedepannya.
Penulis:
Rio Pratama
0 Komentar