Ticker

6/recent/ticker-posts

Hanya Berbatas Pagar : Potret Toleransi Masjid Nur Baitillah dan Gereja HKBP Jeruju di Pontianak

Masjid dan Gereja Bersebelahan I sumber : Rio Pratama

Pontianak -  Agama menjadi ranah privat seseorang yang tidak boleh diusik oleh orang lain, oleh karena itu proses peribadahan dan ritual keagamaan sejatinya dapat dilakukan dengan khusyuk dan takdzim agar proses mendekatkan diri kepada Tuhan berjalan dengan baik. Beribadah dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan ketentuan agama masing-masing, walaupun yang utama adalah di rumah ibadah.

Keberadaan rumah ibadah menjadi vital sebagai salah satu tempat bernaung bagi umat beragama, oleh karena itu tingkat sensitifitasnya amat tinggi. Biasanya, guna mencegah konflik dikemudian hari, lokasinya saling berjauhan dan ditempatkan pada wilayah mayoritas penganutnya tinggal, walaupun secara praktik adapula yang tidak seperti halnya masjid dan gereja yang bersebelahan di Jalan. Padat Karya, Pontianak yaitu Masjid Nur Baitillah dan Gereja Huria Kristen Batak (HKBP) Jeruju.

Sejarah Pendirian

Pada tahun 1996, sebelum menjadi sebuah masjid, Nurbaitillah adalah sebuah surau yang sebagian dari bangunannya adalah milik seorang jemaat gereja. Karena semakin banyak masyarakat yang bermukim dan semakin banyaknya umat, maka masyarakat berupaya untuk melebarkan bangunan surat tersebut menjadi masjid. Proses pembangunannya pada tahun 1997. Namun, saat proses pembangunan masjid baru disadari bahwa lahan yang menjadi tempat pelebaran bangunan adalah milik jemaat gereja tersebut.

Setelah melakukan pengukuran bersama, pemilik tanah kemudian melepaskan tanahnya untuk dibangun masjid tersebut. Musyawarah berjalan baik dan tanpa paksaan sama sekali, proses pembayaran juga dilakukan dengan penuh keringanan karena boleh dilakukan secara cicil. Sementara itu, jauh sebelum adanya masjid, Gereja HKBP Jeruju telah lama berdiri tepatnya pada tahun 1983.

Letak dari Masjid Nur Baitillah dan Gereja HKBP benar-benar bersebalahan, hanya dipisahkan oleh sebuah pagar kecil saja. Walaupun demikian, semua masyarakat penganut agama secara bersama-sama saling menjaga dan menciptakan ruang toleransi yang baik disana.

Berbagi dan Merapikan Parkir

Perayaan hari besar keagamaan lumrah dilaksanakan setiap tahunnya, rumah ibadah menjadi pusat kegiatan sebelumnya kembali kerumah dan merayakannya bersama keluarga. Begitu pula dengan yang terjadi di Masjid Nur Baitillah dan Gereja HKBP Jeruju. Menariknya, setiap hari besar keagaaman, masyarakat penganut agama akan secara bergantian berbagi lahan parkir.

Seperti halnya dilansir dari Kompas TV, pada perayaan Natal 2020 lalu saat jemaat HKBP Jeruju melakukan kebaktian sejumlah remaja masjid turut membantu mengatur kendaraan para jemaat yang datang dan begitu pula sebaliknya.

Selain melalui hal kecil namun berkesan seperti halnya saling berbagi lahan parkir, potret lain saat secara bersamaan ibadah dilakukan. Misalnya ketika diadakan kebaktian yang bertepatan dengan ibadah umat muslim, maka masing-masing rumah ibadah akan saling mengecilkan pengeras suara agar tidak mengganggu yang umat lain dalam beribadah.

Komitmen untuk merawat toleransi terus digaungkan oleh masing-masing pengurus rumah ibadah. Tidak hanya dalam menurunkan ego ketika ritual keagamaan dilaksanakan, saling berbagi lahan parkir dan juga secara bersama-sama membersihkan komplek rumah ibadah juga kerap dilakukan hingga kini. Harapannya jelas, tidak ada perpecahan dan atau konflik bernada agama disana.

Penulis : Rio Pratama

Sumber : Warta Pontianak I Kompas TV

Posting Komentar

0 Komentar